A. Kaum Pemuda Dari Sudut Psikologi
Kaum
muda secara fisik dan psikologi berada dalam keragu-raguan. Sebab, mereka dalam
tahap transisi dari remaja menuju dewasa. Masa ini disebut masa “Akil balig”,
dalam bahasa latin disebut dengan “adolesensia”, atau dalam bahasa inggris
disebut “youth”. Namun yang jelasnya, istilah ini sama-sama menunjuk pada suatu
masa yang harus dialami seseorang pada umur 17-30 tahun. Pada masa ini, akan
terlihat perubahan-perubahan dalam diri seseorang yang berhubungan dengan
aspek-aspek kejiwaan, dimana seorang kaum muda itu mulai berpikir untuk
menentukan masa depannya, hubungannya dengan lingkungan dan juga moral
sehari-hari termasuk di dalamnya masalah kepercayaan dan agama.
Apabila
dilihat dari segi perkembangannya, bahwa masa muda itu adalah suatu fase
perubahan dalam siklus kehidupan, dimana akan terjadi perubahan fisik,
biologis, maupun kejiwaan. Singgih Gunarsa mengemukakan bahwa masa persiapan
fisik atau tubuh pemuda mengalami proses pematangan badani baik luar maupun
dalam, dan mereka yang berada pada masa persiapan ini, harus memusatkan
perhatian terhadap apa yang terjadi didalam dirinya. Pada umumnya, apabila
mereka telah mampu melalui masa ini, maka mereka telah memperoleh kembali
keseimbangannya. Tubuh sudah mencapai kematangan dan sudah dapat berfungsi
sebagai penerus keturunan. Dengan arti kematangan fisik memungkinkan awal
pertumbuhan generasi baru, yakni kemungkinan memperoleh anak. Dari pendapat
diatas, dapat disimpulkan bahwa kaum muda mengalami berbagai pertumbuhan, baik
didalam kejiwaan, tubuh maupun kerohanian atau spiritualiatas.
Hal
yang sama juga diungkapkan oleh Homgrighousen dalam bukunya “Pendidikan Agama
Kristen”, dikatakan bahwa masa muda merupakan masa peralihan dalam hidupnya,
mereka bukan anak-anak lagi dan juga belum masuk dalam usia dewasa. Namun
secara badani kaum muda mengalami pertumbuhan dan perkembangan anggota-anggota
tubuh yang terlihat nyata bagi semua orang. Ia juga mengungkapkan bahwa kaum
muda bersifat dinamis, dan mau berjuang untuk mewujudkan cita-citanya.
Selanjutnya,
Singgih Ganuarsa mengemukakan bahwa seseorang termasuk atau disebut kaum muda
yaitu apabila ia sudah berumur 18-30 tahun. Ia juga mengemukakan beberapa
ciri-ciri perkembangan Kaum muda dilihat dari tugas perkembangannya yaitu:
1. Mampu
menerima fisiknya
2. Memperoleh
kebebasan emosional. Artinya, ia mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya
dengan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan.
3. Mampu
bergaul. Artinya, kaum mudah sudah mampu menempatkan diri dalam situasi apapun,
baik dengan orang yang sudah tua, pemuda sebayanya, dan juga kepada anak-anak.
Dengan kata lain ia mampu menyesuaikan dalam memperlihatkan kemampuan
bersosialisasi dengan norma yang ada.
4. Menemukan
model atau identifikasi. Artinya menjadikan seseorang tokoh sebagi contoh bagi
dirinya. Apa yang berkenan baik bagi dirinya ataupun di hatinya tentang sikap
dan tindakan tokoh tersebut akan ditiru.1
B. TINGKAT PERKEMBANGAN SPIRITUALITAS
PEMUDA
Tokoh
psikologi pelopor dari perkembangan moral ini adalah Kohlberg, moral artinya
tingkah laku yang menilai apa yang baik dan yang buruk, benar dan salah. Namun
moral yang dimaksudkan Kohlberg bukanlah sebagai penilaian buruk, benar, salah
melainkan bagaimana orang menyusun argumentasi moralnya yang menunjukkan
tahap-tahap kematangan seseorang. Itulah sebabnya, perkembangan moral merupakan
factor penting di dalam perkembangan spiritualitas kaum pemuda. Berikut dibawah
ini akan dipaparkan secara ringkas tiga rahap perkembangan moral manusia.
a. Tahap
pre-konvensional
Tahap ini disebut juga dengan tahap
ketaatan dan hukuman. Artinya, sesuatu tindakan menurut aturan dianggap baik,
jika tidak menimbulkan kesakitan.
b. Tahap
konvensional
Pada tahap konvensional ini, anak akan
semakin sadar akan tuntutan pihak luar seperti keluarga, masyarakat, dan juga
pemerintah. Kesadaran akan adanya orang lain yang mendorong mereka menyesuaikan
diri dengan orang-orang disekitarnya.
c. Tahap
pasca-konvensional
Seseorang yang telah mencapai puncak ini, mulai
menghargai nilai-nilai yang ada. Pada tahap ini prinsip moral seorang berpusat
pada nilai-nilai yang lebih tinggi.
Dari
penjelasan yang dikemukan oleh Kohlberg di atas kami mencatat bahwa kaum pemuda
lebih menyukai tingkat tertinggi yakni pasca konvensional. Ia juga mengemukakan
bahwa salah satu cara yang bisa menuntun perkembangan moral kea rah yang lebih
tinggi ialah melalui interaksi sosialnya yaitu interaksi antara kaum muda
dengan lingkungannya. Berbekal dari semua itu kami menyimpulkan bahwa
perkembangan spiritualitas kaum muda dalam konteks teori perkembangan moral
dapat dapat dituliskan di bawah ini yakni:
1. Kaum
muda mempunyai perbedaan moral yang besar untuk memahami nilai-nilai kristiani.
Tingkat perkembangan inilah yang membantu mereka untuk memandang
masalah-masalah pribadi dan situasi hidup secara kristiani.
2. Perkembangan
kaum muda secara bertahap. Demikianlah mereka secara bertahap tumbuh untuk
mengerti dan memahami nilai-nilai yang dianut, dan juga berkembang secara
bertahap tanpa menghilangkan atau mengurangi nilai kekristenan.
1.
Singgih Gunarsa, Psikologi Pemuda dan Keluarga (Jakarta: BPK GM, 2002), hlm 126
3. Dengan
semakin berkembangnya moral mereka, kaum pemuda juga penting untuk
mendiskusikan nilai-nilai atau pokok Kristen yang baik, sebagai moral mereka
untuk diperhadapkan pada tugas-tugas dan perkembangan zaman.
Selain
perkembangan moral yang telah dipaparkan di atas, perkembangan iman kaum muda
juga sangat penting untuk diteliti. Atmadja Hadinoto mengemukan beberapa
tahap-tahap perkembangan iman yakni:
1. Tahap
iman umur 18-23 tahun
Ciri-ciri yang tampak pada tahap ini
adalah bahwa kaum muda itu sudah mampu membangun pelayanannya sendiri.
2. Tahap
iman 23-28 tahun
Tahap ini merupakan tahap moderat, tidak
emosional. Artinya individu seseorang muncul sebagai pribadi yang
bertanggung-jawab.
3. Tahap
iman 28-35 tahun
Pada tahap ini seseorang telah berpikir positif, ia
tidak mau lagi berperang karena agama maupun dogma.
Secara
singkat dapat dikatakan, bahwa perkembangan iman seseorang dapat dilihat dari
tingkahlakunya sesuai dengan kelompok yang mereka masuki.2
C. IDENTIFIKASI DAN MASALAH-MASALAH
KAUM MUDA
Perkembangan zaman pada saat ini
sangat mempengaruhi cara berpikir, menganalisa dan cara menganalisa dan cara
mengambil keputusan dari setiap manusia.
Perkembangan zaman ini tidak hanya dirasakan oleh manusia tetapi juga gereja,
gereja yang mampu menerima perkembangan ini secara positif akan mempercepat
pertumbuhan dan perkembangannya, misalnya dengan munculnya berbagai macam alat
musik akan menambah semangat jemaat untuk beribadah. Namun disamping membawa
pengaruh positif, perkembangan zaman juga membawa pengaruh negatif, secara
khusus bagi kaum muda yang sangat rentan kepada hal-hal yang baru. Pergaulan
bebas yang disaksikan langsung oleh kaum
pemuda akibat dari perkembangan zaman akan menimbulkan kemerosotan terhadap
nilai-nilai budaya, dan munculnya aliran-aliran kepercayaan lain membuat kaum
muda terombang-ambing akan apa yang harus diyakininya. Dan suatu hal yang
paling penting dari pengaruh perkembangan ini adalah rasa persaudaraan yang
sudah menurun. Mereka lebih mementingkan diri sendiri atau bersifat egois.
Perkembangan pola pikir, kemampuan manusia, serta atas dukungan alat-alat canggih, inilah secara terus
menerus megubah dan mempengaruhi perilaku dan tindakan kaum pemuda yang rentan
terhadap hal-hal baru.
2.
N.K. Atmadja Hadinoto, Dialog dan Edukasi (Jakarta: BPK GM, 2001), hlm 234
Selain itu perkembangan
zaman yang mempengaruhi kaum muda, kesibukan-kesibukan orangtua juga menjadi
faktor yang penting dalam kepribadian kaum muda. Orangtua yang selalu bekerja
untuk memenuhi kebutuhan keluarga, yang tidak mampu membagi waktunya untuk
berkumpul bersama anak-anaknya untuk memberikan bimbingan dan arahan, menjadi
factor utama dalam kehidupan kaum muda. Namun tidak semua orangtua yang sibuk
dengan pekerjaannya tetapi mampu membagi waktunya untuk memberikan bimbingan
dan arahan, dan mereka akan bertumbuh menjadi anak yang baik.
Kehidupan
kaum muda terpengaruh dalam hal-hal yang tidak baik, seperti yang telah
dipaparkan diatas, apabila orangtua tidak mampu memberikan yang terbaik tentang
apa yang harus dilakukan oleh kaum muda dalam hidupnya, maka ia akan cenderung
terjerumus kedunia morfinis, ganjais, suka keluyuran malam, pergaulan bebas
yang berdampak pada penularan HIV/AIDS yang paling banyak menimpa kaum muda,
serta sensitive dalam melakukan pekerjaan yang kurang baik. Inilah pengaruh dan
perkembangan zaman itu.
Selain
dari hal-hal di atas, perilaku yang ditunjukkan oleh kaum muda karena telah
dikuasai oleh perkembangan zaman adalah mereka sulit untuk datang kegereja
untuk beribadah. Bahkan sebahagian dari mereka sering menjadikan hari minggu
untuk hari santai, hari untuk bertemu dengan temen-temennya, mereka lupa akan
kebutuhan rohaninya.3
D. MENUMBUHKAN SPIRITUALITAS KAUM
PEMUDA
Secara
harafia, istilah spiritualistas bersal dari kata yang sederhana, yaitu dari
kata spirit yang artinya semangat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
istilah spiritualitas tidak jauh beda dengan apa yang dipaparkan diatas, yaitu
menyangkut eksistensi manusia itu secara utuh baik secara rohani maupun
jasmani. Ditinjau dari asal usul katanya, kata spiritual ini berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata spritus yang artinya embusan angin, aliran uadara,
nafas, hawa yang diisap, nafas hidup, jiwa hidup, roh dan hal-hal kerohanian
dalam diri. Dari pengertian ini, dapat dikatakan bahwa spiritualitas tidak
hanya mengarah kepada hal-hal rohani saja, tetapi mencakup seluruh kehidupan
yang utuh.4
Istilah
spiritual dalam Alkitab Perjanjian Lama dapat diartikan sebagai roh, nafas,
udara, angin, nafas hidup, jiwa dan semangat dalam hubungan yang erat dengan
Tuhan, dan ini dapat dibuktikan dalam kesaksian Alkitab, dimana di dalam
Alkitab istilah spiritualtas ini erat kaitannya dengan roh.
3. E.G. Homgrighausen, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK GM, 2005),
hlm 144
Roh
dalam bahasa latin disebut sebagai “Ruakh”. Roh yang dimaksud adalah roh Allah
itu sendiri, hal ini namapak alam penciptaan langit dan bumi, dapat dibuktikan
dalam kej 1:2, dikatakan: “Bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita
menyelimuti samudera, dan roh Allah melayang-layang diatas permukaan Air. Pada
umumnya inti spiritualitas dalam Perjanjian Baru berpusat pada Yesus Kristus
atau yang disebut dengan Kristosentris.5
Dalam
perjanjian Baru, istilah spiritualitas berkaitan erat dengan pengertian
peneumaukos yang artinya manusia rohani, berasal dari bahasa Yunani pneuma yang
artinya Roh. Dengan kata lain orang yang hidup didalam roh yang dimaksud adalah
Roh Allah. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa spiritualitas itu
adalah hubungan pribadi seorang yang percaya kepada Yesus Kristus dan
diwujudnyatakan dalam sikap dan perbuatan, karena spiritualitas menyangkut iman
dan kepercayaan seseorang terhadap apa yang ia terima dan rasakan. Dalam hal
ini, akan ditunjukkan di dalam kehidupan sehari-hari seperti mengucap syukur
dan lebih mendekatkan diri kepada pencipta-Nya.
Dengan
adanya spiritual yang teguh dan jelas maka dengan sendirinya seorang itu akan
mampu melakukan pekerjaannya sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah, mampu
melawan perbuatan-perbuatan daging sehingga yang terpancar di dalam dirinya
ialah buah-buah roh (Gal 5:22)
Telah
dipaparkan di atas bahwa Spiritualitas Itu menunjang seseorang untuk berprilaku
baik sesuai dengan dengan kehendak Tuhan. Maka dari itu spiritualitas harus
tertanam dalam diri manusia terutama terhadap kaum Muda. Spiritulitas mebangun
sikap yang saling ketergantungan. Artinya, manusia diciptakan dengan
maksud supaya hidup bersama, karena
tidak seorangpun yang dapat hidup sendiri, dia selalu membutuhkan orang lain.
Spiritualitas juga membangun sikap kritis. Artinya, orang spiritual harus
senantiasa merenungkan hubungannya dengan Tuhan, meninjau, mengkritisi dan
menyebarkannya. Orang yang hidup spiritual adalah orang yang visioner dan
pemberani, teguh dan setia. Hal ini sangat perlu untuk melawan hal-hal yang
merusak kehidupan.6
Dalam
pelayanannya, gereja mempunyai tugas dan tanggungjawab yang berat dan besar,
seperti yang telah ditugaskan oleh Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya.
Didalam Matius 28:19-20 dikatakan: Karena itu jadikanlah semua murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak, Roh kudus dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah kuperintahkan padamu. Dan ketahuilah aku menyertai
kamu senantiasa sampai akhir zaman. Sesuai dengan amanat agung Yesus Kristus
ini, gereja bertanggung jawab untuk meningkatkatkan spiritualitas para kaum
pemuda. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan rasa spiritulitas tersebut antara
lain:
4.
J. B. Banawiratma, Spiritualitas Transformatif (Yogyakarta: Balai Pustaka,
1989), hlm 5
a.
Kebaktian
Khusus Bagi Kaum Muda dan Membentuk Paduan Suara
Banyak
diantara kaum muda yang mengatakan bahwa acara kebaktian yang dilakukan setiap
minggunya tidak cocok lagi bagi para kaum muda. Para kaum muda mengklaim bahwa
ibadah yang dilakukan itu hanya berlaku kepada orang tua saja. Tetapi kaum muda
menginginkan tetap adanya kebaktian.
Dari
pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan, gereja sudah sepantasnya
mengadakan kebaktian khusus yang dilakukan bagi kaum muda. Dan untuk menjawab
kritik dari para kaum pemuda ini, gereja harus membentuk ibadah khusu bagi kaum
muda saja. Membiarkan para kaum muda untuk berexpresi dalam gereja melalui
nyanyian-nyanyian rohani yang sesuai dengan selera para kaum pemuda, tetapi
tidak mengurangi makna liturgis yang sebenarnya.
b.
Membentuk
Paduan Suara atau Persektuan Koor
Demikian
halnya dengan koor atau paduan suara yang dibentuk dalam kalangan kaum muda,
yang dengan tujuan mendorong mereka untuk datang beribadah dan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan. Pemilihan koor juga menjadi faktor yang harus
diperhatikan. Lagu yang akan dinyanyikan juga harus sesuai dengan selera kaum
pemuda. Tujuan dibentuknya persekutuan koor bagi kaum pemuda adalah agar setiap
kaum pemuda dapat saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya.
Sehingga timbul rasa persaudaraan berdasarkan kasih Yesus.
c.
Mengadakan
Seminar Bagi Kaum Pemuda
Istilah
seminar bukan lagi istilah yang asing didengar. Secara sederhana seminar adalah
suatu pertemuan yang diadakan pada hari tertentu untuk membahas suatu masalah.
Seminar yang penting dilakukan bagi kalangan kaum pemuda haruslah sesuai dengan
keadaan sekarang. Artinya harus sesuai dengan apa yang dihadapi oleh pemuda
pada masa kini. Sehingga dapat menyentuh hati dan pikiran, seperti : Penyuluhan
tentang HIV/AIDS, penyuluhan tentang narkoba, konseling pastoral, masalah
memilih pekerjaan, memilih bakal jodoh, pernikahan, pengembangan talenta.
7
5.
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru (Jakarta: BPK GM, 2006), hlm 12
6.
Robert Hardawirjana, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia (Jakarta: BPK GM,
1994), hlm 9
7.
J. L. Abieno, Unsur-unsur Liturgy (Jakarta: BPK GM, 2007), hlm 111-112