Bagi Temen-temen yang ingin menyusun Karya Tulis Akhir, disini akan saya uraikan bagaimana menyusun proposal Karya Tulis Akhir tersebut. Semoga bermanfaat..Syalommm!!!!!
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang Masalah
Gereja
adalah persekutuan orang-orang yang dipanggil dari kegelapan untuk masuk ke
dalam Kerajaan Yesus Kristus (Kolose 1:1-13). Lebih dari itu, gereja adalah
orang-orang yang dipanggil untuk bersekutu dengan Allah dalam Yesus Kristus
(bnd 1 Yoh 1:3). Yesus datang ke dunia ini untuk mendirikan jemaat-Nya dengan
menyelamatkannya dengan darahNya (bnd Matius 16:14; Kis 20:28; Efesus 5:25).
Penginjilan
merupakan kewajiban semua orang percaya pada umumnya. Gereja menjadi tempat
atau wadah untuk pembimbingan berikutnya sehingga orang yang baru bertobat
selalu mendapat siraman rohani. Anak-anak
merupakan generasi penerus gereja. Seperti dalam Alkitab dikatakan dalam
Mazmur 34:2 “Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan Tuhan akan
kuajarkan kepadamu”.
Kemajuan
tehnologi sekarang ini nyata dan haruslah diimbangi dengan dasar kerohanian
yang kuat dalam diri anak-anak sebagai generasi penerus gereja. Jika anak-anak
tidak diberi dasar yang kuat tentang pengenalan akan Allah, bagaimana kehidupan
mereka kelak? Hendaklah pemikiran gereja dan orangtua dalam hal berjuang untuk
memperebutkan jiwa anak yang telah hilang dan mempertahankan anak-anak yang
masih ada dalam lingkaran iman.
Pelayanan
gereja, salah satunya Sekolah Minggu berperan penting dalam memenuhi kebutuhan
anak. Penulis akan memaparkan beberapa usaha dan peranan yang dilakukan gereja
dalam meningkatkan spritualitas anak.[1]
II.
Identifikasi
Masalah
Kemajuan
yang dicapai manusia dalam teknologi informasi memungkinkan setiap orang untuk
memperoleh informasi dengan sangat cepat. Oleh sebab perkembangan dalam bidang
teknologi informasi, dunia ini seolah-olah sangat kecil sebab sudah dapat
dijangkau oleh informasi dalam waktu sekejap.
Dari
pengamatan para ahli, tantangan yang dihadapapi akibat kemajuan teknologi ini
akan sangat besar, sekalipun banyak hal-hal positif yang kita peroleh, namun
tetap menimbulkan masalah bagi masyarakat umum.[2]
Hampir
semua orang tua, pemuda, remaja dan anak-anak terkena dampak dari majunya teknologi
ini. Secara khusus kepada anak-anak yang dengan mudahnya untuk mengakses
informasi. Jika anak-anak tidak tidak mendapat bimbingan dari orang tua maka
anak akan dengan mudah untuk mengakses seluruh informasi dan fitur-fitur yang
ada di dalamnya sehingga dapat mempengaruhi perkembangan anak.[3]
Penulis
akan memaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, pada zaman
era globalisasi saat ini, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi anak, oleh
sebab itu penulis akan mencoba
memaparkan faktor apa yang mempengaruhi perkembangan anak. Beberapa faktor
tersebut ialah sebagai berikut:
1.
Media Elektronik
A.
Televisi
Menonton televisi
merupakan hiburan dan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak. Terutama flim
kartun mambuat anak menjadi sering menonton dan anak akan terganggu untuk pergi
beribadah. Banyak film kartun yang sebenarnya tidak layak ditonton oleh
anak-anak kerena mengandung unsur-unsur seksualitas ataupun kekerasan fisik.
Dan banyak tayangan-tayangan yang tidak dapat untuk ditonton anak-anak,
Misalnya perkelahian, dan flim dewasa. Tayangan semacam ini sangat mempengaruhi
perilaku anak apalagi jika anak tidak di awasi dalam menonton.
Sering sekali, saat ini televisi sudah berubah fungsi.
Televisi bukan lagi sekadar tontonan melainkan sudah menjadi pengasuh
anak-anak. Menurut buku Edy Sulistyono mengatakan bahwa banyak orangtua yang
kurang menyadari dampak buruk yang terjadi jika melakukan demikian (Asal Anak
Tenang dan Diam).
Televisi tidak dapat disalahkan karena eksistensinya. Yang
perlu diubah adalah ragam tayangannya. Di samping ragam acara, badan sensor
pertelevisian harus lebih ketat menyaring acara yang baik dan mengandung unsur
pendidikan bagi anak. Televisi juga jika di lihat dari sisi positifnya bahwa
televisi juga sebagai salah satu media komunikasi, jika kita dapat
memilah-milah tayangan yang baik bagi anak.
Hal yang terpenting
adalah adanya pembatasan waktu agar anak dapat belajar dan melakukan kegiatan
yang lain. Dengan demikian, diharapkan anak-anak akan bertumbuh dengan
moralitas yang baik di tengah terpaan kemajuan teknologi.
B. Internet
Internet merupakan satu bentuk perkembangan teknologi
yang berkembang pesat saat ini. Perkembangan ini dapat dilihat dengan
menjamurnya tempat untuk berinternet
atau warung internet. Dan mungkin para pengelola warnet berlomba-lomba
untuk menarik perhatian para konsumennya agar nyaman berada di tempat tersebut.
Internet sering sekali ditemukan di sekolah-sekolah.
Dengan tujuan adalah para siswa dapat mengenal dan menggunakannya untuk mencari
informasi yang terkait dengan tugas sekolah. Namun, tentu saja tidak tertutup
kemungkinan adanya hal negative yang mengiringinya, seperti pornografi,
penipuan, kartu kredit, dan beberapa contoh lain seperti yang sering diangkat
oleh media.
Menurut penulis
bahwa mengajarkan internet untuk anak-anak usia enam sampai dua belas tahun
bukanlah hal yang terlalu dini. Materi internet untuk anak dalam segala usia telah tersedia lengkap.
Dengan mengajarkan internet pada anak, misalnya dengan membiasakan anak mencari
informasi melalui internet atau memanfaatkan email sebagai media komunikasi,
sedikit banyak dapat menumbuhkan satu hal positif dalam pemikiran anak.
Jadi sebenarnya, ketakutan untuk mengajarkan internet
pada anak adalah sesuatu yang tidak perlu terjadi. Hal yang terpenting adalah
bimbingan yang tepat untuk anak. Internet mempunyai dua sisi yang berbeda. Di
satu sisi, internet dapat mengembangkan wawasan anak. Di sisi lain, internet
dapat juga menjadi penghancur kehidupan anak jika anak tidak mendapat bimbingan
dari orangtua.
2.
Media Cetak
A.
Buku dan Komik
Masa anak-anak adalah
masa perkembangan dalam berfikir dan bertindak. Sering kali anak-anak bahkan
tidak berfikir panjang dalam melakukan segala sesuatu. Tidak mudah untuk membuat
mereka menyukai buku pelajaran atau pengetahuan jika sudah terbiasa dengan
komik. Dengan hal itu, anak akan mengikuti cerita komik yang digemari oleh
temannya karena tidak mau dikatakan ketinggalan zaman.
Komik dan buku pelajaran identik dengan anak sekolah.
Bahkan bagi beberapa anak sekolah, buku-buku seperti sudah mendarah daging.
Komik lebih identik dengan anak-anak usia Sekolah Dasar, sekalipun beberapa
remaja bahkan kaum dewasa juga membacanya. Alasan terbesarnya adalah komik
mudah dicerna oleh anak-anak karena penuh dengan gambar-gambar yang menarik.
Sebagian besar anak Sekolah Dasar lebih banyak membaca komik di rumah sedangkan
remaja cenderung membacanya di sekolah.
Berada di sekolah selam 6-7 jam tentunya terkadang anak
akan merasa penat. Salah satu cara untuk menghilangkan kepenatan mereka adalah
membaca komik. Rata-rata kebiasaan membaca komik dari kecil akan terbawa sampai
remaja.
Ada orang berpendapat bahwa membaca komik untuk melepas
penat bukanlah masalah. Namun, jika anak sering melarikan diri dari rasa penat
dengan membaca komik, tidak mustahil anak tersebut akan melupakan menu utama
membaca buku pelajaran. Selain itu, anak yang gemar membaca komik biasanya akan
cenderung menyendiri dan jarang bergaul. Karena anak yang sudah kecanduan
membaca komik, biasanya lebih sering menyendiri. Anak juga akan menghabiskan
banyak waktunya di kamar atau tempat sepi agar dapat membaca komik dengan
tenang tanpa gangguan.
Secara tidak langsung komik juga akan mempengaruhi
karakter anak. Komik yang mendidik dapat membuat anak menjadi lebih baik
karakternya. Hal yang paling membahayakan adalah kebiasaan anak untuk membaca
komik yang mengandung unsur kekerasan maupun hal-hal yang sebenarnya hanya
layak dibaca orang dewasa.
3.
Media Games
Playstation dan game online merupakan hasil perkembangan
teknologi di bidang multimedia. Karena fungsinya yang begitu kompleks,
multimedia juga banyak dikembangkan untuk permainan atau yang disebut game
multimedia. Keberadaan multimedia sama dengan internet, bukan saja berada di
kota besar, melainkan tersebar di kota kecil dan peminatnya juga cukup banyak,
terkhusus pada kaum anak-anak pada saat ini mempunyai minat yang sangat besar
dalam permainan games multimedia.
Sering sekali pada zaman sekarang ini, anak-anak lebih
banyak waktunya untuk bermain di warnet, dan bentuk permainannya adalah video
game dan playstation, tentu ini akan berpengaruh bagi kehidupan anak-anak. Dan
ada juga pengaruh lainnya, jika anak sudah bermain video game anak-anak jadi
malas untuk pergi atau bergaul dengan temannya. Pada saat ini, banyak permainan
yang dilakukan anak-anak melalui multimedia dan melalui video game, seperti
permainan petak umpet mereka bermain melalui video game dan play station. Tentu
hal ini membawa pengaruh besar terhadap
anak-anak.[4]
Menurut
pemahaman buku Edy Sulistyono, Lembaga penelitian Nasional Institute on Medic
and family mengeluarkan peringatan bahwa ada beberapa jenis game yang berbahaya
bagi anak-anak, yaitu:
1. Blit 2: The Leuge II
Game ini adalah
olahraga football yang mengandung unsur kekerasan fisik, mengingat football
bukanlah jenis permainan bagi anak-anak. Hal yang paling ditakutkan mengenai
permainan ini adalah pengaruhnya bagi perkembangan emosi anak, dan anak akan
tidak tertutup jika anak memainkan game ini, maka anak akan menjadi
temperamental.
2. Dead Space
Ini adalah Game horror.
Karakter utama yang dimainkan harus berkelahi dengan monster, dan hal ini dapat
mengakibatkan anak menjadi rasa takut dan gelisah dalam melakukan sesuatu.
3. Fallout 3
Game role-playing.
Permainan ini sering mengakibatkan kekerasan. Dampak kepada anak yaitu anak
akan mengalami kehancuran di dalam kehidupan anak.
4. Far Car 2
Game ini menunjukkan
pertempuran di sebuah desa. Dalamnya terdapat adegann saat pemain menggunakan perahu
melakukan zig-zag melewati jurang. Jika hal ini sering dimainkan anak-anak maka
anak-anak memunculkan pandangan tentang nilai keberanian yang salah. Besar
kemungkinan saat dewasa kelak, anak akan mengendarai kendaraan dengan metode
zig-zag tanpa berfikir kemungkinan ada jurang. Tentu keberanian semacam ini
adalah keberanian sembrono yang harus dihindari.
Ke-empat permainan tersebut adalah beberapa permainan
yang harus diwaspadai oleh orangtua, supaya perkembangan anak dapat menjadi
lebih baik dan spritualitas anak dapat utuh dan tidak akan meerosot oleh
kecanggihan zaman sekarang ini.
4.
Melalui Lingkungan
Pada umumnya manusia pasti membutuhkan kebebasan dalam
hidupnya. Hal ini juga pada anak-anak, kenapa kebebasan itu dibutuhkan setiap
manusia? Karena kebebasan itu merupakan hak bagi setiap orang. Secara khusus
bagi setiap anak, kebebasan itu tidak hanya ada di dalam keluarga tetapi juga ada di tengah-tengah lingkungan
di luar dari keluarga itu sendiri. Kebebasan yang dialami oleh anak-anak sangatlah
berpengaruh terhadap perkembangan anak secara fisik dan intelektual. Oleh
karena itulah kebebasan pada lingkungan yang ditempati anak sangat
mempengaruhi perkembangan kepribadian
anak. Potensi atau bakat pada diri anak bisa berkembang pada lingkungannya
karena apa yang dilihat di lingkungan, itu bisa menimbulkan inspirasi
tersendiri bagi anak tersebut untuk mengembangkan bakat tersebut.
Lingkungan yang dapat mengembangkan kepribadian anak
haruslah lingkungan yang dapat membawa anak kearah yang lebih baik, karena
apabila lingkungan yang tidak baik, maka perkembangan anakpun tidak baik. Pada
umumnya anak bisa belajar dari lingkungan mulai dari sejak lahir, artinya sejak
lahir anak sudah mulai menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan yang
ditempatinya. Contohnya : Apabila tempat itu baik, bersih, indah, maka hasil
yang dapat dihidupi anak akan lebih baik, bersih, indah dan anak akan terbiasa
dengan lingkungan yang baik serta kepribadiannya akan lebih baik. Dan
sebaliknya, apabila lingkungan itu tidak memiliki kerapian, kebersihan, serta
keindahan maka anak yang tinggal di dalamnya pun akan hidup di dalam
kegelisahan dan akan terbiasa dengan lingkungan yang kotor.
Proses-proses perkembangan anak dalam lingkungan ini
biasanya bertahap-tahap. Mulai dari sejak dini, proses perkembangan itu selalu
berubah-ubah. Dan pada umur empat tahun anak-anak sangat lazim untuk keluar dan
pergi kemana-mana untuk mencari teman-teman yang baru, menghabiskan waktu,
mengembangkan bakat, mempelajari banyak hal-hal yang baru yang menggairahkan
dan memberi semangat bagi anak dalam meningkatkan keinginan anak. Oleh sebab
itu anak tidak bisa di didik hanya dalam rumah saja, tetapi juga mengembangkan
kepribadian anak dalam lingkungan.
Apabila anak hanya
dibina dan dikembangkan di dalam rumah maka peningkatan pemikirannya pun akan
sangat terbatas dan berkpribadian kurang mantap. Contohnya: apabila anak di
dalam rumah saja, yang terjadi adalah kemanjaan, mudah menangis, menuntut
hal-hal yang luar biasa, tidak mudah bergaul dengan orang lain diluar
keluarganya.[5]
Dengan
demikian, sebaiknya orangtua berperan aktif dalam membimbing anak kearah yang
lebih baik terutama dalam zaman yang semakin maju sekarang ini. Meskipun banyak
pergumulan hidup orangtua, mereka harus membina spiritual anak mereka dengan
baik yaitu dengan menyuruh mereka ke gereja dan menyuruh tanpa memberikan
sesuatu tekanan kepada anak untuk mengikuti semua kegiatan yang dilakukan oleh
gereja.
III.
Pembatasan Masalah
Melihat
luasnya ruang lingkup masalah maka dirasakan perlu menentukan batasan
permasalahan agar tetap fokus pada topik permasalahannya. Di atas penulis telah
memaparkan apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Penulis tidak
mau keluar dari topik yang telah diuraikan di atas.
Disamping
itu penulis juga akan melakukan penelitian ke salah satu gereja HKBP sebagai
lampiran Tulisan ini. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pencerahan
ataupun memberikan suatu gagasan atas permasalahan yang terjadi terhadap anak
dalam lingkungan masyarakat. Di bawah ini penulis akan menguraikan manfaatnya bagi
lembaga, diri pribadi dan bagi orang lain.
[1]
R.J.Porter, Katekisasi Masa Kini,
Yayasan Komunikasi Bina Kasih (YKBK, Jakarta)
hal. 151
[2]
Jamilin Sirait, “Terpanggil Untuk Memperbaharui”, (Pematang Siantar : L-SIRANA),
hlm 24
[3]
Ibid, Jamilin Sirait, hlm 21
[4]
Paul Gunadi, Televisi, Video Game dan Anak, (Malang : Literatur SAAT, 2010) ,
hlm. 20-24
[5]
Singgih. D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, ( Jakarta: BPK-GM, 1998), hlm.
37-38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar