Senin, 18 Februari 2013

Artikel Kaum Pemuda



A.    Kaum Pemuda Dari Sudut Psikologi
Kaum muda secara fisik dan psikologi berada dalam keragu-raguan. Sebab, mereka dalam tahap transisi dari remaja menuju dewasa. Masa ini disebut masa “Akil balig”, dalam bahasa latin disebut dengan “adolesensia”, atau dalam bahasa inggris disebut “youth”. Namun yang jelasnya, istilah ini sama-sama menunjuk pada suatu masa yang harus dialami seseorang pada umur 17-30 tahun. Pada masa ini, akan terlihat perubahan-perubahan dalam diri seseorang yang berhubungan dengan aspek-aspek kejiwaan, dimana seorang kaum muda itu mulai berpikir untuk menentukan masa depannya, hubungannya dengan lingkungan dan juga moral sehari-hari termasuk di dalamnya masalah kepercayaan dan agama.
Apabila dilihat dari segi perkembangannya, bahwa masa muda itu adalah suatu fase perubahan dalam siklus kehidupan, dimana akan terjadi perubahan fisik, biologis, maupun kejiwaan. Singgih Gunarsa mengemukakan bahwa masa persiapan fisik atau tubuh pemuda mengalami proses pematangan badani baik luar maupun dalam, dan mereka yang berada pada masa persiapan ini, harus memusatkan perhatian terhadap apa yang terjadi didalam dirinya. Pada umumnya, apabila mereka telah mampu melalui masa ini, maka mereka telah memperoleh kembali keseimbangannya. Tubuh sudah mencapai kematangan dan sudah dapat berfungsi sebagai penerus keturunan. Dengan arti kematangan fisik memungkinkan awal pertumbuhan generasi baru, yakni kemungkinan memperoleh anak. Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kaum muda mengalami berbagai pertumbuhan, baik didalam kejiwaan, tubuh maupun kerohanian atau spiritualiatas.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Homgrighousen dalam bukunya “Pendidikan Agama Kristen”, dikatakan bahwa masa muda merupakan masa peralihan dalam hidupnya, mereka bukan anak-anak lagi dan juga belum masuk dalam usia dewasa. Namun secara badani kaum muda mengalami pertumbuhan dan perkembangan anggota-anggota tubuh yang terlihat nyata bagi semua orang. Ia juga mengungkapkan bahwa kaum muda bersifat dinamis, dan mau berjuang untuk mewujudkan cita-citanya.
Selanjutnya, Singgih Ganuarsa mengemukakan bahwa seseorang termasuk atau disebut kaum muda yaitu apabila ia sudah berumur 18-30 tahun. Ia juga mengemukakan beberapa ciri-ciri perkembangan Kaum muda dilihat dari tugas perkembangannya yaitu:
1.      Mampu menerima fisiknya
2.      Memperoleh kebebasan emosional. Artinya, ia mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan.
3.      Mampu bergaul. Artinya, kaum mudah sudah mampu menempatkan diri dalam situasi apapun, baik dengan orang yang sudah tua, pemuda sebayanya, dan juga kepada anak-anak. Dengan kata lain ia mampu menyesuaikan dalam memperlihatkan kemampuan bersosialisasi dengan norma yang ada.
4.      Menemukan model atau identifikasi. Artinya menjadikan seseorang tokoh sebagi contoh bagi dirinya. Apa yang berkenan baik bagi dirinya ataupun di hatinya tentang sikap dan tindakan tokoh tersebut akan ditiru.1

B.     TINGKAT PERKEMBANGAN SPIRITUALITAS PEMUDA
Tokoh psikologi pelopor dari perkembangan moral ini adalah Kohlberg, moral artinya tingkah laku yang menilai apa yang baik dan yang buruk, benar dan salah. Namun moral yang dimaksudkan Kohlberg bukanlah sebagai penilaian buruk, benar, salah melainkan bagaimana orang menyusun argumentasi moralnya yang menunjukkan tahap-tahap kematangan seseorang. Itulah sebabnya, perkembangan moral merupakan factor penting di dalam perkembangan spiritualitas kaum pemuda. Berikut dibawah ini akan dipaparkan secara ringkas tiga rahap perkembangan moral manusia.
a.       Tahap pre-konvensional
Tahap ini disebut juga dengan tahap ketaatan dan hukuman. Artinya, sesuatu tindakan menurut aturan dianggap baik, jika tidak menimbulkan kesakitan.
b.      Tahap konvensional
Pada tahap konvensional ini, anak akan semakin sadar akan tuntutan pihak luar seperti keluarga, masyarakat, dan juga pemerintah. Kesadaran akan adanya orang lain yang mendorong mereka menyesuaikan diri dengan orang-orang disekitarnya.
c.       Tahap pasca-konvensional
Seseorang yang telah mencapai puncak ini, mulai menghargai nilai-nilai yang ada. Pada tahap ini prinsip moral seorang berpusat pada nilai-nilai yang lebih tinggi.
Dari penjelasan yang dikemukan oleh Kohlberg di atas kami mencatat bahwa kaum pemuda lebih menyukai tingkat tertinggi yakni pasca konvensional. Ia juga mengemukakan bahwa salah satu cara yang bisa menuntun perkembangan moral kea rah yang lebih tinggi ialah melalui interaksi sosialnya yaitu interaksi antara kaum muda dengan lingkungannya. Berbekal dari semua itu kami menyimpulkan bahwa perkembangan spiritualitas kaum muda dalam konteks teori perkembangan moral dapat dapat dituliskan di bawah ini yakni:
1.      Kaum muda mempunyai perbedaan moral yang besar untuk memahami nilai-nilai kristiani. Tingkat perkembangan inilah yang membantu mereka untuk memandang masalah-masalah pribadi dan situasi hidup secara kristiani.
2.      Perkembangan kaum muda secara bertahap. Demikianlah mereka secara bertahap tumbuh untuk mengerti dan memahami nilai-nilai yang dianut, dan juga berkembang secara bertahap tanpa menghilangkan atau mengurangi nilai kekristenan.
1. Singgih Gunarsa, Psikologi Pemuda dan Keluarga (Jakarta: BPK GM, 2002), hlm 126

3.      Dengan semakin berkembangnya moral mereka, kaum pemuda juga penting untuk mendiskusikan nilai-nilai atau pokok Kristen yang baik, sebagai moral mereka untuk diperhadapkan pada tugas-tugas dan perkembangan zaman.
Selain perkembangan moral yang telah dipaparkan di atas, perkembangan iman kaum muda juga sangat penting untuk diteliti. Atmadja Hadinoto mengemukan beberapa tahap-tahap perkembangan iman yakni:
1.      Tahap iman umur 18-23 tahun
Ciri-ciri yang tampak pada tahap ini adalah bahwa kaum muda itu sudah mampu membangun pelayanannya sendiri.
2.      Tahap iman 23-28 tahun
Tahap ini merupakan tahap moderat, tidak emosional. Artinya individu seseorang muncul sebagai pribadi yang bertanggung-jawab.
3.      Tahap iman 28-35 tahun
Pada tahap ini seseorang telah berpikir positif, ia tidak mau lagi berperang karena agama maupun dogma.
Secara singkat dapat dikatakan, bahwa perkembangan iman seseorang dapat dilihat dari tingkahlakunya sesuai dengan kelompok yang mereka masuki.2

C.    IDENTIFIKASI DAN MASALAH-MASALAH KAUM MUDA
            Perkembangan zaman pada saat ini sangat mempengaruhi cara berpikir, menganalisa dan cara menganalisa dan cara mengambil keputusan  dari setiap manusia. Perkembangan zaman ini tidak hanya dirasakan oleh manusia tetapi juga gereja, gereja yang mampu menerima perkembangan ini secara positif akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangannya, misalnya dengan munculnya berbagai macam alat musik akan menambah semangat jemaat untuk beribadah. Namun disamping membawa pengaruh positif, perkembangan zaman juga membawa pengaruh negatif, secara khusus bagi kaum muda yang sangat rentan kepada hal-hal yang baru. Pergaulan bebas yang  disaksikan langsung oleh kaum pemuda akibat dari perkembangan zaman akan menimbulkan kemerosotan terhadap nilai-nilai budaya, dan munculnya aliran-aliran kepercayaan lain membuat kaum muda terombang-ambing akan apa yang harus diyakininya. Dan suatu hal yang paling penting dari pengaruh perkembangan ini adalah rasa persaudaraan yang sudah menurun. Mereka lebih mementingkan diri sendiri atau bersifat egois. Perkembangan pola pikir, kemampuan manusia, serta atas dukungan  alat-alat canggih, inilah secara terus menerus megubah dan mempengaruhi perilaku dan tindakan kaum pemuda yang rentan terhadap hal-hal baru.
2. N.K. Atmadja Hadinoto, Dialog dan Edukasi (Jakarta: BPK GM, 2001), hlm 234
Selain itu perkembangan zaman yang mempengaruhi kaum muda, kesibukan-kesibukan orangtua juga menjadi faktor yang penting dalam kepribadian kaum muda. Orangtua yang selalu bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, yang tidak mampu membagi waktunya untuk berkumpul bersama anak-anaknya untuk memberikan bimbingan dan arahan, menjadi factor utama dalam kehidupan kaum muda. Namun tidak semua orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya tetapi mampu membagi waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan, dan mereka akan bertumbuh menjadi anak yang baik.
Kehidupan kaum muda terpengaruh dalam hal-hal yang tidak baik, seperti yang telah dipaparkan diatas, apabila orangtua tidak mampu memberikan yang terbaik tentang apa yang harus dilakukan oleh kaum muda dalam hidupnya, maka ia akan cenderung terjerumus kedunia morfinis, ganjais, suka keluyuran malam, pergaulan bebas yang berdampak pada penularan HIV/AIDS yang paling banyak menimpa kaum muda, serta sensitive dalam melakukan pekerjaan yang kurang baik. Inilah pengaruh dan perkembangan zaman itu.
Selain dari hal-hal di atas, perilaku yang ditunjukkan oleh kaum muda karena telah dikuasai oleh perkembangan zaman adalah mereka sulit untuk datang kegereja untuk beribadah. Bahkan sebahagian dari mereka sering menjadikan hari minggu untuk hari santai, hari untuk bertemu dengan temen-temennya, mereka lupa akan kebutuhan rohaninya.3

D.    MENUMBUHKAN SPIRITUALITAS KAUM PEMUDA
Secara harafia, istilah spiritualistas bersal dari kata yang sederhana, yaitu dari kata spirit yang artinya semangat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, istilah spiritualitas tidak jauh beda dengan apa yang dipaparkan diatas, yaitu menyangkut eksistensi manusia itu secara utuh baik secara rohani maupun jasmani. Ditinjau dari asal usul katanya, kata spiritual ini berasal dari bahasa latin yaitu dari kata spritus yang artinya embusan angin, aliran uadara, nafas, hawa yang diisap, nafas hidup, jiwa hidup, roh dan hal-hal kerohanian dalam diri. Dari pengertian ini, dapat dikatakan bahwa spiritualitas tidak hanya mengarah kepada hal-hal rohani saja, tetapi mencakup seluruh kehidupan yang utuh.4
Istilah spiritual dalam Alkitab Perjanjian Lama dapat diartikan sebagai roh, nafas, udara, angin, nafas hidup, jiwa dan semangat dalam hubungan yang erat dengan Tuhan, dan ini dapat dibuktikan dalam kesaksian Alkitab, dimana di dalam Alkitab istilah spiritualtas ini erat kaitannya dengan roh.

3. E.G. Homgrighausen, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK GM, 2005), hlm 144

Roh dalam bahasa latin disebut sebagai “Ruakh”. Roh yang dimaksud adalah roh Allah itu sendiri, hal ini namapak alam penciptaan langit dan bumi, dapat dibuktikan dalam kej 1:2, dikatakan: “Bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menyelimuti samudera, dan roh Allah melayang-layang diatas permukaan Air. Pada umumnya inti spiritualitas dalam Perjanjian Baru berpusat pada Yesus Kristus atau yang disebut dengan Kristosentris.5
Dalam perjanjian Baru, istilah spiritualitas berkaitan erat dengan pengertian peneumaukos yang artinya manusia rohani, berasal dari bahasa Yunani pneuma yang artinya Roh. Dengan kata lain orang yang hidup didalam roh yang dimaksud adalah Roh Allah. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa spiritualitas itu adalah hubungan pribadi seorang yang percaya kepada Yesus Kristus dan diwujudnyatakan dalam sikap dan perbuatan, karena spiritualitas menyangkut iman dan kepercayaan seseorang terhadap apa yang ia terima dan rasakan. Dalam hal ini, akan ditunjukkan di dalam kehidupan sehari-hari seperti mengucap syukur dan lebih mendekatkan diri kepada pencipta-Nya.
Dengan adanya spiritual yang teguh dan jelas maka dengan sendirinya seorang itu akan mampu melakukan pekerjaannya sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah, mampu melawan perbuatan-perbuatan daging sehingga yang terpancar di dalam dirinya ialah buah-buah roh (Gal 5:22)
Telah dipaparkan di atas bahwa Spiritualitas Itu menunjang seseorang untuk berprilaku baik sesuai dengan dengan kehendak Tuhan. Maka dari itu spiritualitas harus tertanam dalam diri manusia terutama terhadap kaum Muda. Spiritulitas mebangun sikap yang saling ketergantungan. Artinya, manusia diciptakan dengan maksud  supaya hidup bersama, karena tidak seorangpun yang dapat hidup sendiri, dia selalu membutuhkan orang lain. Spiritualitas juga membangun sikap kritis. Artinya, orang spiritual harus senantiasa merenungkan hubungannya dengan Tuhan, meninjau, mengkritisi dan menyebarkannya. Orang yang hidup spiritual adalah orang yang visioner dan pemberani, teguh dan setia. Hal ini sangat perlu untuk melawan hal-hal yang merusak kehidupan.6
Dalam pelayanannya, gereja mempunyai tugas dan tanggungjawab yang berat dan besar, seperti yang telah ditugaskan oleh Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya. Didalam Matius 28:19-20 dikatakan: Karena itu jadikanlah semua murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak, Roh kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan padamu. Dan ketahuilah aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman. Sesuai dengan amanat agung Yesus Kristus ini, gereja bertanggung jawab untuk meningkatkatkan spiritualitas para kaum pemuda. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan rasa spiritulitas tersebut antara lain:

4. J. B. Banawiratma, Spiritualitas Transformatif (Yogyakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm 5

a.      Kebaktian Khusus Bagi Kaum Muda dan Membentuk Paduan Suara
Banyak diantara kaum muda yang mengatakan bahwa acara kebaktian yang dilakukan setiap minggunya tidak cocok lagi bagi para kaum muda. Para kaum muda mengklaim bahwa ibadah yang dilakukan itu hanya berlaku kepada orang tua saja. Tetapi kaum muda menginginkan tetap adanya kebaktian.
Dari pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan, gereja sudah sepantasnya mengadakan kebaktian khusus yang dilakukan bagi kaum muda. Dan untuk menjawab kritik dari para kaum pemuda ini, gereja harus membentuk ibadah khusu bagi kaum muda saja. Membiarkan para kaum muda untuk berexpresi dalam gereja melalui nyanyian-nyanyian rohani yang sesuai dengan selera para kaum pemuda, tetapi tidak mengurangi makna liturgis yang sebenarnya.
b.      Membentuk Paduan Suara atau Persektuan Koor
Demikian halnya dengan koor atau paduan suara yang dibentuk dalam kalangan kaum muda, yang dengan tujuan mendorong mereka untuk datang beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Pemilihan koor juga menjadi faktor yang harus diperhatikan. Lagu yang akan dinyanyikan juga harus sesuai dengan selera kaum pemuda. Tujuan dibentuknya persekutuan koor bagi kaum pemuda adalah agar setiap kaum pemuda dapat saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga timbul rasa persaudaraan berdasarkan kasih Yesus.
c.       Mengadakan Seminar Bagi Kaum Pemuda
Istilah seminar bukan lagi istilah yang asing didengar. Secara sederhana seminar adalah suatu pertemuan yang diadakan pada hari tertentu untuk membahas suatu masalah. Seminar yang penting dilakukan bagi kalangan kaum pemuda haruslah sesuai dengan keadaan sekarang. Artinya harus sesuai dengan apa yang dihadapi oleh pemuda pada masa kini. Sehingga dapat menyentuh hati dan pikiran, seperti : Penyuluhan tentang HIV/AIDS, penyuluhan tentang narkoba, konseling pastoral, masalah memilih pekerjaan, memilih bakal jodoh, pernikahan, pengembangan talenta. 7




5. Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru (Jakarta: BPK GM, 2006), hlm 12
6. Robert Hardawirjana, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia (Jakarta: BPK GM, 1994), hlm 9
7. J. L. Abieno, Unsur-unsur Liturgy (Jakarta: BPK GM, 2007), hlm 111-112

Tidak ada komentar:

Posting Komentar